Sampah Plastik Keras Ancam Kelestarian Pantai Syota

By admin 02 Jun 2025, 15:40:41 WIB Berita Terkini
Sampah Plastik Keras Ancam Kelestarian Pantai Syota

Keterangan Gambar : Sumber : Humas


Tiakur, InfoPublik - Perilaku membuang sampah tidak pada tempatnya menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan dan kelestarian Pantai Syota di Pulau Moa Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD).

 

“Saat ini ditemukan 40 persen sampah plastik keras menumpuk di Pantai Syota. Hal ini didasarkan pada hasil studi World Wide Fund for Nature (WWF), lembaga konservasi yang fokus pada alam liar dan isu lingkungan,” ungkap Bupati MBD dalam sambutannya yang dibacakan Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Dalma Eoh pada kegiatan Pelatihan Pemilahan dan Daur Ulang Sampah di Balai Desa Wakarleli, Senin, 02/06/2025).

Baca Lainnya :

 

Dalma menjelaskan, sampah tak selamanya menjadi masalah karena dengan kreativitas dan keterampilan, sampah dapat menjadi sumber penghidupan.

 

“Sampah dapat dikelola dan didaur ulang, maka dengan ketrampilan tersebut sampah dapat menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat”, jelas Eoh.

 

Hal inilah, lanjut Eoh, Pemkab. MBD bersama WWF melaksanakan pelatihan daur ulang sampah sehingga masyarakat diberikan pemahaman dan ketrampilan untuk mengolah sampah menjadi produk bernilai tinggi yang dapat dipasarkan.

 

Eoh menyebut, selain mengedukasi peserta soal jenis-jenis sampah dan metode daur ulang, pelatihan ini juga mendorong keterlibatan komunitas lokal dalam menjaga kelestarian lingkungan.

 

“Pemerintah terus berupaya mengurangi kebocoran sampah laut yang selama ini menjadi persoalan utama di kawasan konservasi perairan. Sampah plastik bukan hanya merusak biota laut, tetapi juga menurunkan potensi wisata bahari di daerah kita,” ujarnya.

 

Eoh menambahkan bahwa Pulau Moa sebagai bagian dari Kabupaten MBD menyumbang sekitar 1,3 juta hektar atau 4 persen dari target kawasan konservasi perairan nasional. Sayangnya, kawasan tersebut kini terancam akibat tingginya aktivitas manusia dan minimnya pengelolaan sampah, terutama di pesisir.

 



Sementara itu, Koordinator WWF Indonesia di Kabupaten MBD, Hery Siahaan, menyebut pelatihan ini sebagai bagian dari komitmen jangka panjang dalam pengelolaan sumber daya pesisir yang berkelanjutan. Ia menekankan pentingnya praktik ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.

 

“Tantangan kita saat ini bukan hanya soal sampah rumah tangga, tapi juga sampah kiriman dan dari aktivitas industri. Lewat pelatihan ini, kami ingin masyarakat bisa memilah sampah dari rumah, mengenali jenis-jenisnya, serta mengolahnya menjadi barang yang punya nilai jual,” katanya.

 

Hery juga menyampaikan harapan agar peserta aktif mengikuti kegiatan selama dua hari penuh. Menurutnya, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk membangun usaha kreatif berbasis sampah, yang berpotensi menunjang perekonomian rumah tangga dan daerah.

 

Selain edukasi lanjut Hery soal pemilahan dan daur ulang, pelatihan ini juga menghadirkan praktik langsung pengolahan sampah menjadi produk yang bernilai ekonomis. Komunitas seperti Rumpun Plastic Free Ocean Network (PFON) dan pengurus bank sampah di Kecamatan Moa dilibatkan untuk memperkuat jaringan pengelolaan berbasis masyarakat.

 

Hery berharap dengan semangat konservasi dan penguatan ekonomi lokal, pelatihan ini diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran kolektif bahwa pengelolaan sampah merupakan tanggung jawab bersama. Lebih dari itu, praktik daur ulang yang terencana dapat membuka peluang usaha baru dan memperkuat ekowisata berbasis masyarakat di Kabupaten Maluku Barat Daya,” pungkasnya.

 




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment