- Sambut HUT MBD dan Hari Bhakti Adhyaksa, Kejari MBD Gelar Jalan Sehat dan Senam Pagi
- Pemkab MBD Dorong Peningkatan Capaian ETPD
- Miliki Gedung CAT, Pemkab MBD Terima Penghargaan BKN
- Filosofi Logo HUT Ke-17 Pemerintah Kabupaten MBD
- Cegah Stunting, Dinkes Gandeng TP.PKK MBD Gelar Gerakan Posyandu Aktif
- Peringati Hari Bhayangkara Ke-79, Bupati Harap Polisi Untuk Rakyat
- Kalahkan 10 Kabupaten/Kota, Pemkab MBD Raih Juara I Paritrana Award
- Disambut Forkopimda, Dandim Baru Sebut MBD Jadi Contoh Sinergi Forkopimda
- Jelang HUT Bhayangkara, Polres MBD Pertandingan Bola Voli
- Buka Turnamen Sepak Bola, Bupati Ingatkan Sportivitas
Sampah Plastik Keras Ancam Kelestarian Pantai Syota

Keterangan Gambar : Sumber : Humas
Tiakur, InfoPublik - Perilaku membuang sampah tidak pada tempatnya menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan dan kelestarian Pantai Syota di Pulau Moa Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD).
“Saat
ini ditemukan 40 persen sampah plastik keras menumpuk di Pantai Syota. Hal ini didasarkan
pada hasil studi World Wide Fund for
Nature (WWF), lembaga konservasi yang fokus pada alam liar dan isu
lingkungan,” ungkap Bupati MBD dalam sambutannya yang dibacakan Kepala Dinas Lingkungan
Hidup, Dalma Eoh pada kegiatan Pelatihan Pemilahan dan
Daur Ulang Sampah di Balai Desa Wakarleli, Senin, 02/06/2025).
Baca Lainnya :
- Serahkan SK CPNS, Bupati MBD Minta PNS Harus Siap Mengabdi0
- Bupati Minta ASN Dukung Pembentukan Koperasi Merah Putih0
- Bupati Noach Minta MBD Tetap Jadi Tuan Rumah KBN Pramuka0
- Peringati Harlah Pancasila, Noach Soroti Bahaya Radikalisme0
- Gubernur Maluku Minta Sinergitas Kepala Daerah0
Dalma menjelaskan, sampah tak selamanya menjadi masalah karena dengan kreativitas dan
keterampilan, sampah dapat menjadi sumber penghidupan.
“Sampah dapat dikelola dan didaur ulang, maka
dengan ketrampilan tersebut sampah dapat menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat”,
jelas Eoh.
Hal inilah, lanjut Eoh, Pemkab. MBD bersama WWF
melaksanakan pelatihan daur ulang sampah sehingga masyarakat diberikan pemahaman
dan ketrampilan untuk mengolah sampah menjadi produk bernilai tinggi yang dapat
dipasarkan.
Eoh menyebut, selain mengedukasi peserta soal
jenis-jenis sampah dan metode daur ulang, pelatihan ini juga mendorong
keterlibatan komunitas lokal dalam menjaga kelestarian lingkungan.
“Pemerintah terus berupaya
mengurangi kebocoran sampah laut yang selama ini menjadi persoalan utama di
kawasan konservasi perairan. Sampah plastik bukan hanya merusak biota laut,
tetapi juga menurunkan potensi wisata bahari di daerah kita,” ujarnya.
Eoh menambahkan bahwa Pulau Moa sebagai bagian dari
Kabupaten MBD menyumbang sekitar 1,3 juta hektar atau 4 persen dari target
kawasan konservasi perairan nasional. Sayangnya, kawasan tersebut kini terancam
akibat tingginya aktivitas manusia dan minimnya pengelolaan sampah, terutama di
pesisir.
Sementara itu, Koordinator WWF Indonesia di
Kabupaten MBD, Hery Siahaan, menyebut pelatihan ini sebagai bagian dari
komitmen jangka panjang dalam pengelolaan sumber daya pesisir yang
berkelanjutan. Ia menekankan pentingnya praktik ramah lingkungan dalam
kehidupan sehari-hari.
“Tantangan kita saat ini
bukan hanya soal sampah rumah tangga, tapi juga sampah kiriman dan dari
aktivitas industri. Lewat pelatihan ini, kami ingin masyarakat bisa memilah
sampah dari rumah, mengenali jenis-jenisnya, serta mengolahnya menjadi barang
yang punya nilai jual,” katanya.
Hery juga menyampaikan harapan agar peserta aktif
mengikuti kegiatan selama dua hari penuh. Menurutnya, pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk membangun usaha kreatif
berbasis sampah, yang berpotensi menunjang perekonomian rumah tangga dan
daerah.
Selain edukasi lanjut Hery soal pemilahan dan daur
ulang, pelatihan ini juga menghadirkan praktik langsung pengolahan sampah
menjadi produk yang bernilai ekonomis. Komunitas seperti Rumpun Plastic Free
Ocean Network (PFON) dan pengurus bank sampah di Kecamatan Moa dilibatkan untuk
memperkuat jaringan pengelolaan berbasis masyarakat.
Hery berharap dengan semangat konservasi dan
penguatan ekonomi lokal, pelatihan ini diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran
kolektif bahwa pengelolaan sampah merupakan tanggung jawab bersama. Lebih dari
itu, praktik daur ulang yang terencana dapat membuka peluang usaha baru dan
memperkuat ekowisata berbasis masyarakat di Kabupaten Maluku Barat Daya,” pungkasnya.